Berhubung gue adalah seorang siswa program pertukaran pelajar, jadi gue mau ngebahas tentang perbandingan mengenai pendidikan yang diterapkan oleh sekolah-sekolah di Amerika dengan sekolah-sekolah yang ada di Indonesia. Sempet durhaka juga gue, karena topik ini seharusnya menjadi topik pertama yang gue tulis di blog ini. Karenanya, banyak sekali yang mengira kalau gue cuma jalan-jalan dan main-main aja. Sebenernya itu ngga salah juga, tapi gue di Amerika juga sekolah dan belajar. Mungkin untuk topik ini gue ngga bakalan nyelipin banyak hal-hal yang lucu, karena ini merupakan topik yang cukup serius.
 |
Penghargaan untuk anggota tim wrestling sekolah |
|
Bicara masalah pendidikan memang cukup menarik, apalagi bagi gue dan ke 69 temen gue lainnya yang ikut bareng gue ke Amerika. Nah, kalau bicara soal pendidikan di Amerika, ternyata memang ngga jauh berbeda dengan apa yang biasa kita lihat di film-film produksi Amerika. Bener banget guys, sekolah di Amerika bisa dibilang cukup mudah (bagi orang Amerika, soalnya buat gue tetep aja susah karena kadang otak gue lama banget loadingnya buat translate bahasa mereka) dan juga bebas (pake baju bebas, pacaran bebas, dan hal-hal bebas yang lainnya). Untuk mata pelajaran, sekolah-sekolah di Amerika mempersilahkan para muridnya untuk memilih mata pelajaran apa yang sekiranya mau mereka pelajari dan bermanfaat untuk mereka saat mencari pekerjaan. Namun, yang namanya matematika tetep mereka anjurkan dan bisa dibilang menjadi pelajaran yang wajib diambil. Kecuali gue, karena gue exchange student dan gue ngga bakalan nerusin sekolah disini, jadi gue terbebas dari matematika. Gue contohnya. Di semester kedua ini, gue ngambil pelajaran yang santai banget, tapi emang kelihatan menarik dan gue juga seneng banget untuk mempelajarinya. Gue ngambil Komputer (biasalah, bahas yang namanya Microsoft Word, Excel, dan Power Point), gue juga ngambil yang namanya Game Maker. Nah, Game Maker ini adalah kelas favorit gue. Kita disini belajar bagaimana cara membuat game. Walaupun ribet dan cukup kompleks, tapi gue udah membuat 4 game pada 2 bulan di awal semester kedua ini. Gue juga masih ngambil pelajaran HERO (gue pernah post tentang pelajaran ini sebelumnya).
 |
Monroe Yearbook Staff |
|
Satu hal enak banget tentang pendidikan di Amerika, siswa-siswi disini ngga usah repot-repot, panik, atau rusuh mukirin soal Ujian Nasional (UN). Soalnya di Amerika ngga ada yang namanya UN. Ada sih ujian yang sifatnya dari pemerintah state gitu dan itu diadakan secara online setiap akhir semester. Tapi kalau mereka gagal misalnya, mereka masih dikasih kesempatan untuk remedial dan ngga perlu sampai stres harus ngulang satu tahun lagi kalau gagal. Di Amerika juga, sekolah memang dijadikan sarana nomer satu penunjang kerja. Di sekolah gue contohnya, ada satu mata pelajaran yang bernama "Senior Project". Ini adalah kelas dimana semua anak kelas 12 SMA atau senior, diharuskan membuat sebuah rencana kerja untuk mereka ketika lulus nanti. Bisa dibilang semacam Praktek Kerja Lapangan (PKL), tapi disini murid-muridnya harus terjun langsung dan bekerja sebagai karyawan sementara. Contoh, salah satu temen gue berencana untuk menjadi seorang tukang salon. Dia harus membuat proposal, surat lamaran kerja, dan presentasi yang membuktikan bahwa dia pantes buat kerja di salon. Lalu, setelah dia mendatangi beberapa salon, ada salah satu salon yang tertarik untuk membantu dan membimbing dia dalam proyek kerjanya. Dia diberi kesempatan untuk bekerja di salon tersebut selama 3 minggu (2 hari/minggu) dan di akhir masa kerjanya dia harus memberikan presentasi mengenai apa yang telah dia lakukan dan rencana apa yang akan dia lakukan kedepannya. Jadi intinya, siswa-siswi disini bisa langsung dapet kerja walaupun mereka cuma lulusan SMA. Tapi tetep aja, kebanyakan dari mereka memilih untuk masuk ke universitas dibanding langsung terjun ke dunia pekerjaan.
Bicara masalah universitas, ada satu hal yang menarik juga. Di Amerika, siswa-siswi yang rajin bisa langsung mengambil beberapa mata pelajaran di universitas yang akan dia masuki walaupun dia masih di high school dan belum lulus. Kaka angkat gue contohnya. Tahun seniornya dia habiskan untuk belajar di University of Oregon setiap sore setelah dia pulang dari high school dan pada saat weekend. Walhasil, setelah dia lulus dari high school, dia hanya perlu waktu satu tahun untuk menyelesaikan kuliahnya karena kebanyakan mata pelajaran di universitas tersebut udah dia ambil.
 |
Yearbook Staff |
Sangat fleksibel sekali sistem pendidikan yang ada di Amerika, sehingga membuat siswa-siswinya senang untuk belajar tanpa adanya rasa tekanan. Mudah-mudahan aja, Indonesia beberapa tahun yang akan datang dapat menerapkan sistem yang lebih fleksibel dan tidak terlalu menekan para pelajarnya.
1 comments:
Mas boleh minta id yg bisa dicontact nggak? Saya mau nanya-nanya seputar student exchange dong trims
Posting Komentar