Cerita ini sebenernya udah lama banget terjadi. Saking lamanya, gue sampe lupa mau cerita apa (gimana sih gue???). Haha, ngga-ngga, kalau gue lupa buat apa gue tulis. Ini kisah udah lama banget, bercerita tentang 3 ekor ANJING (bacanya ga usah sewot, biasa aja) yang udah lama bersarang di rumah hostfamily gue di Monroe, Oregon State, USA (itu anjing apa burung? Kok bersarang? Biarin lah, gue juga bingung).
 |
Druces
|
Awal mula gue dateng ke Amerika sebagai peserta program pertukaran pelajar di Bina AntarBudaya (sekalian promosi, hehe), sebelumnya gue melalui berbagai test yang alhamdulillah bikin otak gue aga stres, jadi aga miring dikit, dan gue harus mengisi ribuan formulir (lebay banget gue, padahal cuman beberapa formulir) yang semua pertanyaannya udah kaya introgasi kriminal dan menguak hampir semua aib gue. Beberapa pertanyaannya mencakup informasi umum tentang lo, diri lo, sekolah, rumah, lingkungan, keluarga, aktifitas, pacar, ukuran baju, ukuran sepatu, jenis parfum yang lo pake (loh, loh, loh??? ko ngawur??) dan berbagai macam pertanyaan lainnya. Salah satu pertanyaan yang menguak aib gue adalah, "apakah peserta merasa nyaman jika di rumah hostfamily nya terdapat binatang peliharaan?". Yang gue denger dari cerita alumni-alumni yang udah ikut pertukaran pelajar, kebanyakan hewan peliharaan di Amerika itu adalah ANJING (biasa aja baca anjingnya, ga usah sewot). Dari situ lah pikiran gue berpatokan bahwa PET = Anjing. Gue kan takut banget sama anjing, liat anjing aja gue ngompol. Makanya waktu itu gue pilih NO, bahwa gue ga nyaman kalau hostfamily gue punya hewan peliharaan. Nah, gara-gara gue pilih NO, gue aga susah dapetin hostfamily, karena rata-rata mereka punya hewan peliharaan. Ada kesalah pahaman yang terjadi pada otak gue. PET itu kan ga selalu ANJING (biasa ya baca anjingnya), bisa kucing, burung, kelinci, tikus, kecoa, dan berbagai macam binatang yang biasa ditaruh di dalam rumah atau dibiarkan berkeliaran di halaman. Sampai pada akhirnya, gue coba beraniin diri gue, gue ga takut sama anjing. Okelah, gue mau ko punya hostfamily yang melihara anjing, yang penting gue bisa ke Amerika.
 |
Tolstoy |
Walhasil, setelah gue ngomong ke local coordinator gue, gue akhirnya dapet hostfamily. Wonderful, celana gue sampe basah ketika gue sampe di rumah hostfamily (bukan karena gue ngompol, tapi gue loncat ke parit) karena mereka punya 3 ANJING (biasa aja bacanya), 3 kucing, dan 18 ekor domba. Ketiga anjing tersebut tidak semuanya di dalam rumah. 2 anjing adalah jenis anjing gunung, besar kaya serigala, dan bulunya putih seputih salju.Nama mereka adalah Druces dan Johny. Karena hostfam gue punya domba, maka tugas mereka adalah jagain gue (lho!? Jagain domba maksudnya). Satu anjing lagi, namanya Tolstoy, adik angkat gue bilang jenis dia itu SNOODLE, Snoopy and Puddle, jadi bapaknya Snoopy, ibunya Puddle. Dulu katanya, bapak-ibunya Tolstoy itu ga diizinin nikah sama pemiliknya, tapi karena cinta mereka sudah tak tertahankan, akhirnya mereka kabur dan mereka kawin di luar nikah (harusnya nikah dulu, baru kawin). Lahirlah Tolstoy sebagai anjing jenis baru. Karena dulu orangtuanya susah cari kerja, ngelamar sana-sini, nawarin diri jadi anjing penjaga, tapi ga ada yang mau nerima dia. Hidup mereka hina sekali saat Tolstoy masih kecil. Udah lusuh, bulunya rombeng-rombeng, dan setiap kali mereka jalan mereka di katai "ANJING!" (baru boleh sewot bacanya) sama orang-orang yang ngeliat mereka. Hina sekali mereka. Mereka baru ngerasain yang namanya hubungan tanpa restu itu sangatlah sulit. Karena mereka udah ga nemuin tempat sampah lagi buat cari makan, akhirnya mereka memilih untuk menitipkan Tolstoy ke tempat penampungan anjing, dan di hari lahirnya Tolstoy, mereka menghembuskan nafas terakhirnya. Tragis sekali. Pesan yang mereka bilang ke Tolstoy, "Toy, jangan nakal ya sama pemilik kamu nanti. Kamu harus jadi anjing yang baik, pinter, dan rajin menabung. Jangan lupa minta restu kalau kamu mau nikah sama anjing lain, jangan ikuti jejak ayah dan ibumu ini." Sedih sekali ketika gue denger cerita ini. Udah mirip sinetron, "Cinta Terlarang". Memang berat bagi Tolstoy untuk hidup sebagai anak haram. Kalau orang kena jilat dia, dia dinajisin, sampe-sampe orang harus cuci bagian yang kena jilat pake tanah, 7 kali lagi. Kasian sekali dia. Tapi pada akhirnya hostfamily gue dateng dan ngambil dia, terus dirawat dan disayang seperti anak kandungnya sendiri.
Tolstoy adalah anjing kecil yang periang, dia ngga gigit, dia senang bermain-main, sambil berlari-lari... Tolstoy! Guk guk guk... Kemari, guk guk guk... ayo lari-lari (lho ko jadi nyanyi gue?). Druces, salah satu anjing gunung tadi, dia gede tapi otaknya kecil, alias bego. Dia cuma ngikutin apa yang dilakuin sama saudaranya, Johny. Johny ini, dia anjing besar dan pintar. Dia juga jago berantem, emang dulunya ketua gank gitu, tapi dia akhirnya insyaf setelah ibunya meninggal sehabis melahirkan Druces yang prematur. Hidupnya dihabiskan untuk menjaga domba, dari lahir sampai akhir hayatnya (sedih-sedih memang kisah anjing-anjing ini). Johny udah meninggal, dan gue sempet punya kenangan pahit sama dia di masa-masa terakhirnya. (Bersambung...)
Baca lanjutannya di Thank you Tolstoy Episode 2
0 comments:
Posting Komentar